Pemanis buatan telah menjadi bahan perdebatan dalam dunia kesehatan dan gizi. Salah satu pemanis buatan yang sering dibicarakan adalah aspartam. Ada klaim bahwa aspartam dapat berpotensi memicu kanker, tetapi sejauh mana kebenaran di balik klaim ini? Dalam artikel ini, kami akan menguak fakta-fakta tentang aspartam, mengevaluasi bukti yang ada, dan membahas apakah ada kaitan antara aspartam dan risiko kanker.
1. Apa itu Aspartam?
Aspartam adalah pemanis buatan yang digunakan secara luas dalam makanan dan minuman rendah kalori. Dikenal sebagai pemanis rendah kalori yang sangat manis, aspartam memberikan rasa manis yang intens tanpa menambah kalori.
2. Klaim tentang Aspartam dan Kanker
Beberapa klaim yang beredar menyatakan bahwa aspartam dapat berpotensi memicu kanker. Namun, pernyataan ini telah menjadi sumber kontroversi dan dibahas dalam berbagai studi dan penelitian.
3. Tinjauan Bukti
Sejumlah penelitian ilmiah telah dilakukan untuk mengevaluasi hubungan antara aspartam dan kanker. Berikut adalah temuan umum dari tinjauan literatur:
Badan penelitian dan lembaga kesehatan terkemuka, seperti FDA dan European Food Safety Authority (EFSA), telah menyimpulkan bahwa aspartam aman dikonsumsi dalam jumlah yang ditetapkan.
Berbagai studi pada manusia dan hewan yang dilakukan selama beberapa dekade tidak memberikan bukti yang kuat tentang hubungan langsung antara aspartam dan risiko kanker.
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara aspartam dan peningkatan risiko kanker pada hewan uji tertentu, tetapi dosis yang digunakan jauh melebihi jumlah yang dikonsumsi secara normal oleh manusia.
4. Pertimbangan Keselamatan
Organisasi kesehatan internasional, seperti World Health Organization (WHO) dan American Cancer Society, menyatakan bahwa aspartam aman untuk dikonsumsi dalam jumlah yang wajar oleh populasi umum. Namun, bagi individu yang memiliki kondisi medis tertentu atau intoleransi terhadap aspartam, perlu berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsinya.
Berdasarkan tinjauan literatur dan pandangan organisasi kesehatan terkemuka, tidak ada bukti yang meyakinkan yang mengaitkan aspartam dengan risiko kanker pada manusia. Aspartam telah melalui berbagai penelitian dan dianggap aman untuk dikonsumsi dalam jumlah yang ditetapkan oleh badan pengawas makanan yang relevan. Namun, setiap orang memiliki toleransi unik terhadap pemanis buatan, termasuk aspartam. Jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan khusus tentang aspartam, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi yang berkualifikasi.
Referensi :
U.S. Food and Drug Administration (FDA). (2019). High-Intensity Sweeteners. Diakses pada 4 Juli 2023, dari https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/high-intensity-sweeteners
European Food Safety Authority (EFSA). (2013). Aspartame: EFSA consults on its draft opinion for public consultation. Diakses pada 4 Juli 2023, dari https://www.efsa.europa.eu/en/press/news/130108
Magnuson, B. A., Roberts, A., Nestmann, E. R., & Critical Reviews in Toxicology Expert Panel. (2007). Critical Review of the Current Literature on the Safety of Aspartame. Food and Chemical Toxicology, 35(7), 407–446. https://doi.org/10.1080/10408440591007391
American Cancer Society. (2021). Artificial Sweeteners and Cancer. Diakses pada 4 Juli 2023, dari https://www.cancer.org/cancer/cancer-causes/diet-physical-activity/artificial-sweeteners.html
Comments